Makalah Etika Globalisasi
BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Manusia
merupakan Zoon Politicon (Aristoteles:
384-322 SM) artinya dalam kesehariannya
Manusia membutuhkan orang lain dalam menunjang kegiatannya di Muka bumi ini. pada dasarnya manusia adalah makhluk yang
ingin selalu bergaul dengan berkumpul dengan manusia, jadi makhluk yang
bermasyarakat . dari sifat suka bergaul dan bermasyarakat itulah manusia
dikenal sebagai makhluk sosial.1 Suka atau tidak suka Manusia dalam
kesehariannya akan menghadapi dan bergaul bersama masyarakat, manusia tidak
dapat hidup sendiri bahkan untuk memenuhi kebutuhannya manusia membutuhkan
manusia lain.
Indonesia adalah merupakan negeri
yang penuh dengan budaya sopan santun dengan berbagai macam etnis dan adat
istiadat, Negara indonesia menganut sistim ketimuran yang artinya bahwa di
Indonesia ini masih kentak dengan budaya yang sopan dan santun. Guna untuk
menyeimbangkan kesopanan antara yang tua dan yang muda ataupun dalam hal
menyeimbangkan budaya dengan cara pergaulan untuk itulah sangat diperlukan
peranan etika.
Namun
pada prakteknya dimasyarakat, lambat laun etika itu tergerus dengan arus yang
dinamakan Globalisasi atau biasanya disebut Zaman Modernisasi. Sejauh manakah
pengaruh Globalisasi terhadap Etika bermasyarakat di Indonesia? Berdasarkan
pada Latar belakang inilah maka pada maklah kami ini akan membahas tentang DAMPAK GLOBALISASI TERHADAP ETIKA
BERMASYARAKAT DI INDONESIA, yang akan kami bahas pada bab selanjutya.
I.II Rumusan
Masalah
Adapun Rumusan masalah pada makalah Kami ini
adalah sebagai berikut:
1. Sejauh mana Dampak globalisasi terhadap Etika
bermasyarakat di Indonesia?
2.
Bagaimanakah bentuk antisipasi dalam
hal mengatasi pegaruh Globalisasi terhadap Etika Bermasyarakat di Indonesia?
|
I.III Landasan
Teori
1.
Pengaruh merupakan
kekuasaan yang mengakibatkan perubahan perilaku orang lain atau kelompok lain (Sosiologi Pedesaan)
2. Globalisasi dapat didefinisikan sebagai
intensifikasi,relasi social sedunia yang menghubungkan lokalitas yang saling
berjauhan sedemikian rupa sehingga sejumlah peristiwa social dibentuk oleh
peristiwa yang terjadi pada jarak bermil-mil (Anthony giddens,2005:84)
3.
Globalisasi merupakan
fenomena yang menjadikan dunia mengecil dari segi perhubungan manusia. Hal ini
dimungkinkan karena perkembangan tekhnologi yang sangat cepat (Kamus Bahasa)
4.
Globalisasi adalah
sebuah payung yang mewadahi adanya perubahan karena efek kolektif yang
berakibat sebuah perubahan (Wikipedia)
5.
Etika adalah
cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai norma dan moral yang menentukan
perilaku manusia dalam hidupnya (Drs. H.
Burhanudin Salam)
I.IV Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan penulisan Makalah ini
adalah sebagai Tugas kelompok yang di berikan oleh Dosen Mata kuliah Etika
Pemerintahan.
BAB II
PEMBAHASAN
II.I Pengertian Globalisasi
Globalisasi adalah sebuah istilah yang
memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa
dan antarmanusia di seluruh dunia dunia melalui perdagangan, investasi,
perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit.
Globalisasi dapat didefinisikan sebagai
intensifikasi,relasi social sedunia yang menghubungkan lokalitas yang saling
berjauhan sedemikian rupa sehingga sejumlah peristiwa social dibentuk oleh
peristiwa yang terjadi pada jarak bermil-mil2
Istilah
Globalisasi, pertama kali digunakan oleh Theodore Levitt tahun 1985 yang menunjuk
pada politik-ekonomi, khususnya politik perdagangan bebas dan transaksi
keuangan. Menurut sejarahnya, akar munculnya globalisasi adalah revolusi
elektronik dan disintegrasi negara-negara komunis. Revolusi elektronik
melipatgandakan akselerasi komunikasi, transportasi, produksi, dan informasi.3
Globalisasi adalah proses lanjutan dari perkembangan
perekonomian dunia,sutu keadaan dimana segenap aspek perekonomian/pasokan dan
permintaan bahan mentah,informasi dan transfortasi tenaga
kerja,keuangan,distribusi,serta kegiatan-kegiatan pemasaran atau terintegrasi
dan kian terjalin dalam hubungan saling ketergantungan yang berskala dunia4
Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak
karakteristik yang sama dengan internasionalisasi sehingga kedua istilah ini
sering dipertukarkan. Sebagian pihak sering menggunakan istilah globalisasi
yang dikaitkan dengan berkurangnya peran negara atau batas-batas negara.
|
II.II Makna Etika
Kata etika
berasal dari bahasa yunani kuno yaitu “Ethos”, dalam bentuk tunggal mempunyai
banyak arti diantara nya tempat tinggal biasa, padang rumput,kanang,kebiasaan,
adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, dan cara berpikir, dalam bentuk jamak
artinya “ta etha”, artinya adat kebiasaan Prof. Dr.Suwito memberikan tiga
pengertian tentang etika dalam bukunya Filsafat Pendidikan Akhlak Ibnu
Miskawaih yaitu :
1.
Nilai atau norma –
norma menegenai benar atau salah yang dianut oleh suatu golongan atau
masyarakat, contoh Etika suku Indian, Etika Protestan, dan lain-lain.
2.
kumpulan asas atau
nilai moral yang berkenaan dengan akhlak,yang dmaksud disini adalah kode etik,
contohnya Etika kedokteran,Etika Rumah sakit Indonesia, dan lain-lain.
3.
Ilmu tentang apa yang
baik dan yang buruk serta tentang hak dan kewajiban moral(akhlak), Etika
baru menjadi ilmu bila kemungkinan-kemungkinan etis (asas-asas dan nilai
tentang yang dianggapbaikdan buruk) yang bisa diterima oleh masyarakat umum.
Etika berkaitan dengan nilai, norma, dan moral. Di dalam Dictionary of Sosciology and Related Sciences dikemukakan bahwa nilai adalah kemampuan yang dipercayai dan pada suatu benda untuk memuaskan manusia. Jadi nilai itu hakikatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek, bukan objek itu sendiri.
Di dalam nilai itu sendiri terkandung
cita-cita, harapan-harapan, dambaan-dambaan dan keharusan. Menurut tinggi
rendahnya, nilai-nilai dapat dikelompokkan dalam empat tingkatan yaitu:
1. Nilai-nilai kenikmatan
Dalam tingkatan ini terdapat deretan
nilai-nilai yang mengenakkan dan tidak mengenakkan yang menyebabkan orang
senang atau menderita tidak enak.
2.
Nilai-nilai
kehidupan
Dalam tingkatan ini terdapatlah nilai-nilai
yang penting bagi kehidupan misalnya kesehatan, kesegaran jasmani, dan kesejahteraan
umum.
3.
Nilai-nilai
kejiwaan
Dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai
kejiwaan yang sama sekali tidak tergantung dari keadaan jasmani maupun
lingkungan. Misalnya nilai keindahan, kebenaran maupun lingkungan.
4.
Nilai-nilai
kerohanian
Dalam tingkat ini terdapatlah modalitas nilai
dari yang suci dan tidak suci. Misalnya nilai-nilai pribadi. Ada empat macam
nilai-nilai kerohanian, yaitu:
a.
Nilai kebenaran
yang bersumber pada akal (ratio, budi, cipta) manusia.
b.
Nilai keindahan
atau nilai estetis, yang bersumber pada perasaan manusia.
c.
Nilai kebaikan
atau nilai moral, yang bersumber pada unsur kehendak manusia.
d.
Nilai religius,
yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak. Nilai ini bersumber
kepada kepercayaan atau keyakinan manusia.
Nilai
dan norma senantiasa berkaitan dengan moral dan etika. Istilah moral mengandung
integritas dan martabat pribadi manusia. Makna moral yang terkandung dalam
kepribadian seseorang itu tercermin dari sikap dan tingkah lakunya. Jadi norma
sebagai penuntun sikap dan tingkah laku manusia. Antara norma dan etika
memiliki hubungan yang sangat erat yaitu etika sebagai ilmu pengetahuan yang
membahas tentang prinsip-prinsip moralitas. Etika memiliki peranan atau fungsi
diantaranya yaitu:
1.
Dengan etika
seseorang atau kelompok dapat menegemukakan penilaian tentang perilaku manusia
2.
Menjadi alat
kontrol atau menjadi rambu-rambu bagi seseorang atau kelompok dalam melakukan
suatu tindakan atau aktivitasnya sebagai mahasiswa
3.
Etika dapat
memberikan prospek untuk mengatasi kesulitan moral yang kita hadapi sekarang.
4.
Etika menjadi
penuntun agar dapat bersikap sopan, santun, dan dengan etika kita bisa di cap
sebagai orang baik di dalam masyarakat.
II.III Pengaruh Globalisasi
Globalisasi
menunjukkan perubahan besar dalam masyarakat dunia Khususnya di indonesia . Apa
yang ditunjukkan bukan sesuatu yang remeh-temeh. Bukan sekadar soal kita
menambahkan perlengkapan modern seperti, video, fashion, televisi, parabola,
komputer, dan sebagainya dalam cara hidup. Kita hidup di dalam dunia yang sedang
mengalami transformasi yang luar biasa, yang pengaruhnya hampir melanda setiap
aspek dari kehidupan. Entah baik atau buruk, kita didorong masuk ke dalam
tatanan global yang tidak sepenuhnya dipahami oleh siapapun, namun dampaknya
bisa kita rasakan.Fenomena tersebut tidak melulu dalam pengertian ekonomi.
Globalisasi juga berdimensi politik, teknologi, budaya dan keagamaan. Akan
sangat keliru, jika menganggap globalisasi hanya berkaitan dengan sistem-sistem
besar, seperti tatanan perekonomian dunia. Globalisasi bukan soal apa yang ada
“di luar sana”, terpisah langsung, dan jauh dari kehidupan sehari-hari. Ia juga
merupakan fenomena “di sini”, yang langsung mempengaruhi sistem kepercayaan dan
kehidupan kita.
Dengan kian
merebak dan canggihnya teknologi media, memungkinkan sebuah masyarakat
menyaksikan bentuk-bentuk kehidupan dan sistem kepercayaan lain yang berbeda.
Sebuah masyarakat juga menyaksikan masyarakat lain dalam macam-macam gaya
hidup, orientasi keagamaan yang berlainan, ragam etnis-suku bangsa, perbedaan
bahasa dan sebagainya. Bahkan, bukan itu saja, globalisasi seperti yang
diungkapkan Anthony Giddens juga
merupakan efek jarak jauh (time-space
distanciation). Maksudnya, apa yang terjadi pada satu belahan bumi, bisa
terjadi efek pada belahan bumi yang lain. Misalnya, teror bom di Bali dengan
serta merta mempengaruhi dunia kehidupan masyarakat di belahan bumi lainnya.
Pada intinya, kehidupan masyarakat global saat ini dihadapkan pada pluralitas
kebudayaan yang saling mempengaruhi, yang tidak pernah kita bayangkan
sebelumnya.Saling pengaruh di antara ragam kebudayaan, jika tidak dikelola
dengan baik, akan menimbulkan konflik yang hebat, berkepanjangan dan susah
dihentikan.
Seperti yang
disinyalir oleh Samuel Huntington,
garis-garis batas dalam dunia mutakhir (dunia era pasca-Perang Dingin) tidak
berasal dari politik atau ideologi, melainkan kebudayaan. Dalam karyanya yang
kontroversial ‘The Clash of Civilization”
(1993), Huntington berpendapat
bahwa ikatan sekelompok masyarakat modern semakin ditentukan oleh warisan
agama, bahasa, sejarah, dan tradisi yang mereka miliki bersama atau yang
disebut sebagai peradaban.Tatkala perjumpaan peradaban satu dengan yang
lainnya, melalui globalisasi, tidak berkembang secara adil, dan tidak ada
saluran komunikasi, maka benih-benih permusuhan kian menggumpal dan siap
meledak. Buat kebanyakan orang yang tinggal di luar Eropa dan Amerika Utara,
globalisasi terkesan tidak menyenangkan, seperti Westernisasi atau mungkin
Amerikanisasi. Ketika muncul peradaban yang dominan dan dirasakan menindas oleh
peradaban yang lain, kemungkinan terjadi “benturan peradaban” (Clash of Civilization) saat mungkin.
Namun,
konflik-konflik dalam dunia modern tidak hanya antar peradaban, bahkan dalam
peradaban yang sama bisa terjadi konflik. Menurut Kenichi Ohmae, dalam
peradaban yang sama, masyarakat sering berperang di antara mereka
masing-masing. Misalnya, konflik di Irlandia Utara antara penganut Protestan
dan Katolik, bukan merupakan alasan yang tepat untuk menyatakan kebencian yang
mendalam, karena sama-sama Kristen. Contoh lain, akan sulit menjelaskan konflik
di Ambon, di mana masyarakatnya berada dalam tradisi dan suku yang sama.
Perbedaan keyakinan dalam masyarakat Ambon, antara Islam dan Kristen, bukanlah
perbedaan besar, karena pada intinya sebenarnya kedua agama itu samapunya
tradisi dan akar sejarah yang sama: semitik.
Dalam bukunya
yang berjudul The End of Nation State (1995), Ohmae berpendapat bahwa perang
biasanya terjadi ketika para pemimpin politik menonjolkan perbedaan-perbedaan
kecil secara tajam seraya menciptakan kebencian latenbukan ketika antar
peradaban saling berbenturan, sebagaimana dinyatakan Huntington. Seakan
menyanggah tesis Huntington, Kenichi Ohmae berpendapat bahwa konflik-konflik
terjadi lebih disebabkan oleh para pemimpin politik yang kolot yang melibatkan
rakyat untuk melakukan konfrontasi bersenjata. Persoalannya adalah, bagaimana
memikirkan kelangsungan kehidupan masyarakat global saat ini dan di masa depan?
Bukahkah intensitas konflik-konflik dalam masyarakat global kian meningkat,
sangat rawan dan terkesan tak terkendali. Bukankah kehidupan masyarakat global
kian tercabik-cabik dengan begitu sering konflik-konflik di antara mereka. Apa
yang memungkinkan kohesi sosial (nilai-nilai pengikat) dalam masyarakat global,
yang di dalamnya terdapat beraneka ragam pluralitas, bisa diupayakan.
Seiring dengan
peralihan dari masyarakat tradisional yang relatif homogen ke masyarakat global
yang pluralistik, terjadilah krisis legitimasi yang luar biasa di dalam
masyarakat global tersebut. Krisis legitimasi dalam pengertian bahwa tatanan
legitim masyarakat tradisional sebuah tatanan masyarakat yang didasarkan pada
sebuah sistem kepercayaan atau agama mulai kehilangan validitasnya.Akan muncul
tendensi perlawanan jika sebuah masyarakat coba diatur dengan dan oleh aturan
masyarakat lain. Akan lebih kacau lagi jika setiap kelompok masyarakat
memaksakan sistem kepercayaannya sebagai yang “paling benar” untuk mengatur
masyarakat dunia.Oleh karena itu, diperlukan sebuah visi besar untuk mengawal
perkembangan masyarakat global saat ini dan di masa depan. Seorang teolog besar
abad ini, Hans Kung, mengajukan sebuah visi besarnya tentang etika global.
Dalam karyanya yang berjudul A Global Ethics for Global Politics and Economics
(1997), Hans Kung menyatakan tak akan ada tatanan baru tanpa sebuah etika dunia
yang baru; sebuah etika global. Ia mendefinisikan etika global sebagai sebuah
konsensus dasar tentang nilai-nilai pengikat dan sikap dasar yang dikukuhkan
oleh semua sistem kepercayaan (agama) meskipun terdapat perbedaan dogmatis, dan
yang sesungguhnya bisa juga disumbangkan oleh kaum non-beriman (ateis).
Dalam
kehidupan masyarakat global, menurut Hans Kung, konsensus berarti kesepakatan
yang memerlukan standar etika fundamental (nilai-nilai universal) yang meskipun
terdapat banyak perbedaan wujudnya dalam agama, bentuk-bentuk kehidupan,
budaya, politik, namun dapat diposisikan sebagai basis terkecil bagi kehidupan
masyarakat yang pluralistik. Sebuah konsensus global dimungkinkan terwujud di
atas moralitas dasar yang membatasi dirinya hanya pada beberapa tuntutan
fundamental (nilai-nilai universal); seperti kebenaran, keadilan, kemanusiaan,
dan semacamnya. .Tentu saja, nilai-nilai universal dalam sebuah konsensus
global tidak bersifat subjektif (monologal). Artinya, kebenaran dalam sebuah
konsensus tidak bisa didasarkan pada klaim kebenaran yang sifatnya subjektif
atau kebenaran yang dipikirkan sendiri. Menurut Jurgen Habermas, orang tidak
boleh menganggap klaim kebenarannya sebagai kebenaran yang sudah selesai yang
mengatasi hubungan-hubungan sosial (FB Hardiman: 2002). Karena kebenaran yang
sifatnya subjektif bisa mentotalisir atau fasis, seperti yang dilakukan oleh
Hitler dan Musollini.
Jadi,
kebenaran dalam sebuah konsensus, seperti yang dikatakan Habermas, bersifat
intersubjektif (dialogal). Melalui dialog yang bebas dominasi, jujur dan
terbuka, nilai-nilai konsensus sebagai etika global dapat dikukuhkan. Tanpa
etika global, cepat atau lambat masyarakat modern terancam konflik-konflik dan
kekacauan.Namun, harus juga disadari bahwa etika global ini bukanlah obat
mujarab yang langsung memberikan solusi bagi persoalan dunia. Setidaknya, etika
global memberi tuntutan dan dasar moral bagi individu maupun tatanan global
yang lebih baik. Hans Kung juga tidak naif, bahwa tuntutan etika global ini
bukan main sulitnya untuk mahkluk rasional sekalipun. Tetapi, menurut dia,
harus ada tuntutan semacam itu dalam dialog yang riil dalam masyarakat global.
Kalau tidak, dialog akan jatuh pada perspektif etnosentris, entah agama, ras,
bangsa, dan kelompok-kelompok kepentingan. Jadi, etika global dalam masyarakat
global merupakan keniscayaan
Di Zaman
Globalisasi saat ini banyak pengaruh yang mempengaruhi remaja. Ada pengaruh
yang positif ada juga pengaruh yang negatif. Sebagai remaja yang baik kita
harus memanfaatkan alat – alat / teknologi yang sudah canggih sehingga mampu
menguasainya. Indonesia adalah negara yang masyarakatnya mempunyai etika yang
baik. Tapi saat ini banyak sekali remaja yang tidak sopan, tidak menghormati
orang yang lebih tua darinya. Mungkin itu adalah pengaruh negatif dari
Globalisasi. Dan itu menyebabkan pergaulan bebas, narkoba, dll.hal-hal itu
harus dihindari. Tapi kita juga tidak boleh menyalahkan adanya Zaman
Globalisasi, karena jika tidak ada Zaman Globalisasi kita tidak akan mengenal
alat – alat komunikasi yang canggih. Nilai moral bangsa dinilai dari etika
masyarakatnya. Jadi, jika ingin mempunyai nilai moral bangsa yang baik kita
harus menjaga etika. Gunakan slogan ” Jika ingin dihormati, Hormatilah orang
lain.” Agar kita sopan terhadap orang lain. Jadi, kita dianggap bangsa yang
berbudi baik dimata bangsa lain. Etika seharusnya diajarkan sejak dini oleh
orang tuanya. Anak biasanya menirukan kegiatan orang tuanya,maka dari itu orang
tua seharusnya melakukan kegiatan yang mampu memberikan arti etika baik. Dan
mampu dimengerti oleh si anak. Dengan didikan yang baik anak tersebut akan
menjadi anak yang sopan kelak. Dan anak tersebut juga harus mempunyai iman yang
kuat. Sehingga, mampu melawan pengaruh buruk Globalisasi seperti Narkoba, Sex
bebas, dll.Pesannya : ” Jadilah remaja yang terhindar dari hal – hal buruk yang
mampu mempengaruhi kita, sehingga kita mempunyai etika yang buruk” dan
“Experience is the best theacher.
Etika juga dipengaruhi oleh tontonan yang kita lihat. Jika yang kita lihat baik untuk kita maka kita akan terpengaruh untuk menjadi baik juga.
Etika juga dipengaruhi oleh tontonan yang kita lihat. Jika yang kita lihat baik untuk kita maka kita akan terpengaruh untuk menjadi baik juga.
II.IV Dampak Globalisasi Terhadap
Etika Bermasyarakat di Indonesia
Arus
globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan muda.
Pengaruh globalisasi terhadap anak muda juga begitu kuat. Pengaruh globalisasi
tersebut telah membuat banyak anak muda kita kehilangan kepribadian diri
sebagai bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejala- gejala yang muncul
dalam kehidupan sehari- hari anak muda sekarang.
Dari cara berpakaian banyak remaja- remaja kita yang berdandan seperti
selebritis yang cenderung ke budaya Barat. Mereka menggunakan pakaian yang
minim bahan yang memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tidak kelihatan.
Pada hal cara berpakaian tersebut jelas- jelas tidak sesuai dengan kebudayaan
kita. Tak ketinggalan gaya rambut mereka dicat beraneka warna. Pendek kata
orang lebih suka jika menjadi orang lain dengan cara menutupi identitasnya.
Tidak banyak remaja yang mau melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan
pakaian yang sopan sesuai dengan kepribadian bangsa.
Pemikiran Liberalis yang tanpa batas sudah menghancurkan nilai-nilai
kemanusiaan dengan peradaban budaya timur Indonesia yang begitu tinggi dengan
nilai kesopanan, tata krama yang diikat oleh aturan agama, tapi kini sudah
terpuruk dengan moral yang rendah dan nilai etika serta adab yg jauh dari
kesopanan maupun peradaban manusia yg mengkampanyekan pornografi dan pornoaksi
dengan alasan seni, serta berusaha melegalkan kaum homoseksual untuk diakui
keberadaannya, dan ajang-ajang miss universe yang mengumbar kemolekan tubuh dan
dibingkai dengan latar belakang intelligent pendidikan yang tinggi, yang
sebenarnya sudah melanggar batasan budaya Indonesia dan kaidah agama.
Teknologi
internet merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa batas dan dapat
diakses oleh siapa saja. Apa lagi bagi anak muda internet sudah menjadi
santapan mereka sehari- hari. Jika digunakan secara semestinya tentu kita
memperoleh manfaat yang berguna. Tetapi jika tidak, kita akan mendapat
kerugian. Dan sekarang ini, banyak pelajar dan mahasiswa yang menggunakan tidak
semestinya. Misal untuk membuka situs-situs porno. Bukan hanya internet saja,
ada lagi pegangan wajib mereka yaitu handphone. Rasa sosial terhadap masyarakat
menjadi tidak ada karena mereka lebih memilih sibuk dengan menggunakan
handphone.
Dilihat dari
sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak kenal sopan santun dan
cenderung cuek tidak ada rasa peduli terhadap lingkungan. Karena globalisasi
menganut kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka hati
mereka. Contoh riilnya adanya geng motor anak muda yang melakukan tindakan
kekerasan yang menganggu ketentraman dan kenyamanan masyarakat.
Selain itu
juga banyak terjadi kasus sex bebas yang dilakukan remaja akhir-akhir ini
merupakan akibat dari globalisasi. Untuk itu, orang tua harus bisa menjaga
prilaku anaknya agar tidak terpengaruh dengan perilaku seks bebas. Pengaruh
seks bebas memang tidak bisa dihindari, karena sekarang ini zaman globalisasi
namun, pengaruh perilaku seks bebas bisa dihindari. Kuncinya pada orang tua.
Bagaimana orang tuanya menjaga anak-anaknya dan memperhatikan perilaku anaknya
agar tidak terpengaruh dengan perilaku seks bebas. Pengaruh seks bebas adalah
gejolak yang wajar. Tapi, semua pihak harus bisa menjaganya agar kaum remaja
itu tidak terpengaruh perilaku Semua pihak harus bisa menjaga agar jangan
samapi terjadi perilaku seks bebas. Termasuk para wartawan. Jangan memberikan
judul yang bombastis, menakutkan dan menyeramkan seks bebas.
Sementara itu,
pengaruh seks bebas di era globalisasi memang tidak bisa dihindari.
Yang bisa dilakukan adalah bagaimana orang tua dapat menjadi teman yang baik bagi anaknya. Menjadi tempat curhat dan bisa mengarahkan perilaku anaknya ke hal-hal yang positif. Hal lainnya seperti mabuk-mabukan,maraknya kasus narkoba yang terjadi dikalangan anak muda dan semakin mudahnya ditemukan diskotik terutama di kota-kota besar sehingga mendorong anak muda atau remaja untuk mencari hiburan kesana.
Yang bisa dilakukan adalah bagaimana orang tua dapat menjadi teman yang baik bagi anaknya. Menjadi tempat curhat dan bisa mengarahkan perilaku anaknya ke hal-hal yang positif. Hal lainnya seperti mabuk-mabukan,maraknya kasus narkoba yang terjadi dikalangan anak muda dan semakin mudahnya ditemukan diskotik terutama di kota-kota besar sehingga mendorong anak muda atau remaja untuk mencari hiburan kesana.
Pengaruh
globalisasi terhadap etika atau kesantunan dalam kehidupan berbangsa bernegara
yaitu mayarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri
sebagai bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya barat
yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat dan juga munculnya sikap
individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian antarperilaku sesama warga.
Dengan adanya individualisme maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan
bangsa.
Pengaruh-
pengaruh di atas memang tidak secara langsung berpengaruh terhadap
nasionalisme. Akan tetapi secara keseluruhan dapat menimbulkan rasa
nasionalisme terhadap bangsa menjadi berkurang atau hilang. Sebab globalisasi
mampu membuka cakrawala masyarakat secara global. Apa yang di luar negeri
dianggap baik memberi aspirasi kepada masyarakat kita untuk diterapkan di
negara kita. Jika terjadi maka akan menimbulkan dilematis. Bila dipenuhi belum
tentu sesuai di Indonesia. Bila tidak dipenuhi akan dianggap tidak aspiratif
dan dapat bertindak anarkis sehingga mengganggu stabilitas nasional, ketahanan
nasional bahkan persatuan dan kesatuan bangsa.
II.V Antisipasi Pengaruh Negatif
Globalisasi Terhadap Nilai Etika
Berbagai cara
mulai dilakukan dalam mengantisipasi pengaruh negatif Globalisasi yang semakin
berkembang di Indonesia, adapun langkah- langkah untuk mengantisipasi dampak
negatif globalisasi terhadap nilai- nilai etika antara lain yaitu :
1.
Menumbuhkan semangat
nasionalisme yang tangguh, misal semangat mencintai produk dalam negeri.
2.
Menanamkan dan
mengamalkan nilai- nilai Pancasila dengan sebaik- baiknya.
3.
Menanamkan dan
melaksanakan ajaran agama dengan sebaik- baiknya.
4.
Selektif terhadap
pengaruh globalisasi di bidang politik, ideologi, ekonomi, sosial budaya
bangsa.
5.
Perlunya perhatian
para orang tua dalam memantau pergaulan dan cara hidup anaknya.
6.
Perlu adanya Etika
global, yaitu sebuah konsensus dasar tentang nilai-nilai pengikat dan sikap
dasar yang dikukuhkan olen semua sistem kepercayaan (agama)meskipun terdapat
perbedaan dogmatis. Konsensus memerlukan standar etika fundamental (nilai-nilai
universal) yang meskipun terdapat banyak perbedaan wujudnya dalam agama. Sebuah
konsensus global dimungkinkan terwujud diatas moralitas dasar (nilai-nilai
universal),seperti kebenaran,keadilan,kemanusiaan,dan semacamnya.
Dengan adanya
langkah- langkah antisipasi tersebut diharapkan mampu menangkis pengaruh
globalisasi yang dapat mengubah nilai nasionalisme terhadap bangsa. Sehingga
kita tidak akan kehilangan kepribadian bangsa.
BAB III
PENUTUP
III.I Kesimpulan
1.
Munculnya Globalisasi
di Indonesia sangat berdampak terhadap Etika Bermasyarakat terutama pada
generasi muda, Dampak yang ditimbulkan berupa dampak positif yakni perkembangan
ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang semakin berkembang sehingga dengan mudah
masyarakat dapat mengakses berbagai macam informasi secara cepat, akan tetapi
Globalisasi memiliki dampak Negatif yakni generasi muda mulai kehilangan
kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejala-
gejala yang muncul dalam kehidupan sehari- hari anak muda sekarang yakni, dari
cara berpakaian, berdandan, moralitas, dan Perilaku sehari- hari.
2.
Adapun langkah yang
mesti dilakukan dalam hal mengantisipasi pengaruh Negatif Globalisasi antara
lain:
a.
Menumbuhkan semangat
Nasionalisme
b.
Menanamkan dan
mengamalkan Nilai Pancasila
c.
Menanamkan dan
melaksanakan ajaran agama
d.
Lebih selektif
terhadap pengaruh globalisasi
e.
Perhatian pra orang
tua dalam memantau pergaulan anak
III.II Saran
1.
Kepada Pemerintah agar sekiranya lebih Intens lagi dalam hal melakukan Fillterisasi terhadap informasi dan
tekhnologi yang masuk di Indonesia.
2.
Kepada Generasi Muda harapan bangsa agar lebih selektif dalam memanfaatkan tekhnologi
dan Informasi agar dapat bermanfaat tanpa harus menghilangkan budaya asli
Bangsa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Noer, Rosita.1998. Menggugah
Etika Bisnis Orde Baru. Pustaka Sinar Harapan: Jakarta.
http://simalangokiki.blogspot.com/2011/10/pengertian-etika-menurut-para-ahli-dan.html/
diunggah pada tanggal 16
April 2012.
http://www.scribd.com/doc/8365104/PENGERTIAN-ETIKA/diunggah pada tanggal 16 April
2012.
http://area.student.umm.ac.id/download-as-pdf/umm_blog_article_42.pdf/diunggah tanggal 16 April 2012
http://artikel.sabda.org/globalisasi/ diunggah tanggal 17 April 2012
http://id.wikipedia.org/wiki/Etika/ di unggah tanggal 17 April 2012
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home