TEORI DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN
TEORI DASAR
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pada
dasarnya manusia akan selalu berhadapan dengan namanya masalah, entah itu
secara pribadi ataupun kelompok dan untuk menyelesaikan masalah tersebut
hendaklah manusia mencari solusi dari permasalahan tersebut dan segera
menetapkan keputusan yang terbaik untuk
menyelesaikan masalah tersebut. Keputusan pada dasarnya adalah pilihan yang
secara tidak sadar dijatuhkan atas satu alternatif dari berbagai alternatif
yang ada.
Teori
dasar pengambilan keputusan mencakup langkah dalam hal menyelesaikan masalah,
adapun ketujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi
masalah dan membuat definisinya
2. Mengumpulkan
dan mengolah data
3. Mengidentifikasi
berbagai alternatif yang mungkin ditempuh
4. Menganalisa
dan menglaji setiap alternatif yang telah di identifikasi
5. Menjatuhkan
pilihan pada satu alternatif yang terbaik
6. Melaksanakan
keputusan yang diambil
7. Menilai
apakah hasil yang diperoleh sesuai harapan dan rencana atau tidak
Salah
satu hal yang sangat penting dalam proses pengambilan keputusan ialah adanya
keterkaitan langsung antara tindakan yang diambil dengan tujuan dan berbagai
sasaran yang ingin dicapai. Salah satu teori yang telah dilakukan oleh para
ahli pengambilan keputusan adalah mengklasifikasikan keputusan kepada dua jenis
utama, yaitu keputusan terprogram, dan keputusan yang tidak terprogram.
A.
Keputusan
terprogram
Keputusan
terprogram adalah tindakan menjatuhkan pilihan yang berlangsung berulang kali,
dan diambil secara rutin dalam organisasi. Keputusan terprogram biasanya
menyangkut pemecahan masalah-masalah yang sifatnya teknis serta tidak
memerlukan pengarahan dari tingkat menajemen yang lebih tinggi.
Para
ahli dalam bidang ini secara terus menerus memanfaatkan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi,dengan menciptakan pendekatan-pendekatan baru,
seperti Operations research, Model
pengambilan keputusan, simulasi, dan pemanfaatan teknologi komputer. Contoh
yang nyata terlihat pada administrasi perkantoran dan surat menyurat sebagai
aplikasi kemajuan teknologi yang paling sederhana.
Pemanfaatan
teknologi canggih dalam memecahkan masalah repetitif dan rutin sangat membawa
manfaat bagi para manajer dengan alasan:
1. Dapat lebih
banyak mendelegasikan wewenang kepada bawahannya.
2. tidak lagi
harus menggunakan tenaga, pikiran, dan waktunya untuk memecahkan masalah karena
sudah dapat dilakukan oleh bawahannya.
3. Berkurangnya
tenaga pelaksana teknis dari berbagai kegiatan operasional, sehingga tenaga
yang tersedia dapat dilatih dan dialihkan untuk melaksanakan kegiatan yang
sifatnya lebih produktif.
Pangambilan
keputusan secara terprogram hanya dapat berlangsung dengan efektif apabila
memenuhi empat kriteria dasar, yaitu:
1. Tersedianya
waktu dan dana yang memadai untuk pengumpulan dan analisis data.
2. Tersedianya
data yang sifatnya kuantitatif
3. Kondisi
lingkungan yang relatif stabil, tidak terdapat tekanan kuat untuk secara cepat
melakukan penyesuaian-penyesuaian tertentu terhadap kondisi yang selalu berubah.
4. Tersedianya
tenaga terampil untuk merumuskan permasalahan secara tepat, termasuk
terpenuhinya tuntutan operasional.
B.
Keputusan
yang tidak terprogram
Keputusan
ini diambil dalam usaha pemecahan masalah- masalah baru yang belum pernah
dialami sebelumnya, dalam menyelesaikan persoalan dibutuhkan nalar yang tinggi
yang dihubungkan dengan tindakan yang sifatnya adaptatif dan berorientasi pada
efektifitas pemecahan.
Keputusan
yang tidak terprogram ini pada umumnya hanya dilakukan oleh para manajer.Jadi
betapa pentingnya recruitment (pengarahan),
penempatan dan pengembangan tenaga manajerial terutama mereka yang di
prioritaskan untuk menduduki jabatan manajemen puncak dalam organisasi.
C.
Proses
pengambilan keputusan
Pendekatan
yang dipakai dalam kegiatan pengambilan keputusan agar menjadi lebih efektif,
adalah:
1.
Pendekatan
yang interdisipliner
Proses
pengambilan keputusan terdiri dari berbagai tindakkan dengan memanfaatkan
berbagai ragam keterampilan dan pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman
dalam kehidupan berorganisasi.
Proses
pengambilan keputusan memerlukan penggunaan ide atau persepsi tentang baik dan
yang tidak baik yang memperhitungkan nilai-nilai organisasional, sosial, moral, dan etika. Disamping itu
pula karena dalam proses pengambilan keputusan Manusia memainkan peranan
yang paling menentukan, maka filsafat
hidup, nilai-nilai yang dianut, latar belakang pendidikan, pengalaman,
pandangan, turut pula berperan dalam proses pengambilan keputusan
tersebut.
Faktor
selanjutnya yang juga berperan adalah lingkungan, memperhitungkan masalah lingkungan mencakup dua
hal,yakni:
a. Lingkungan
sebagai sumber data dan informasi yang sangat berguna sebagai masukan untuk
dianalisis dan dikaji dalam usaha mencari dan menemukan berbagai alternatif
yang mungkin ditempuh.
b. Lingkungan
yang dalam berbagai bentuk, akan memberikan reaksi baik yang positif maupun
yang negatif terhadap keputusan yang diambil.
- Ilmu Ekonomi
- Ilmu Statistik
|
- Filsafat
- Agama
|
Proses pengambilan keputusan
|
- Sosiologi
- Psikologi
- Sosial
|
- Psikologi
- Etnologi
|
- Hukum
- Antropologi
- Ilmu politik
|
- Matematika
- Informatika
|
Kerangka Interdisipliner
Pengambilan keputusan
2.
Proses yang
sistematis(atomik)
Pendekatan
ini adalah merupakan suatu proses logis yang melibatkan pengambilan
langkah-langkah secara berturut atau sekuensial dengan merinci proses tersebut
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil (pendekatan atomik) sehingga pengambilan
keputusanpun akan berjalan dengan efektif.
Pendapat
lain mengatakan juga bahwa proses yang sistematis ini adalah proses pengambilan
keputusan menyangkut dengan naluri, daya pikir, dan serangkaian metode intuitif
yang keseluruhannya dirangkum yang menjadi suatu kreatifitas (pendekatan
holistik).
3.
Proses
berdasarkan informasi
Pengambilan
keputusan tanpa informasi berarti menghilangkan kesempatan belajar secara
adaptif. Seorang manajer harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang
Informatika untuk pengambilan keputusan yang efektif serta harus menuntut agar
tersedia baginya informasi yang memenuhi persyaratan kemutakhiran, kelengkapan,
dapat dipercaya dan disajikan dalam bentuk yang tepat
4.
Memperhitungkan
faktor-faktor ketidakpastian
Betapa
pun telitinya perkiraan keadaan, dalamnya kajian terhadap berbagai alternatif,
tetap tidak ada jaminan bebas dari resiko ketidakpastian. Untuk itu pengambilan
keputusan harus dapat Memperhitungkan probabilitas (kemungkinan) keberhasilan
atau kekurang-berhasilan pelaksanaan suatu keputusan.
5.
Diarahkan
pada tindakan nyata
Mengambil
suatu tindakan harus dapat ditentukan secara pasti, kapan pemecahan berakhir
dan proses pengambilan keputusan dimulai. Masalah dan sasaran sering mempunyai
siklus pertumbuhan dan penyusutan, demikian juga faktor-faktor yang
mempengaruhi. Hal tersebut harus dikenali secara tepat karena akan sangat
mempengaruhi keputusan untuk bertindak atau tidak bertindak
D.
Tindakan
memutuskan
Tindakan
memutuskan adalah suatu tindakan yang paling penting dilakukan oleh seorang
pengambil keputusan dalam proses pengambilan keputusan. Mendalami cara-cara
pengambil keputusan bertindak, dan mengapa mereka bertindak demikian, merupakan
studi tersendiri yang disebut dengan teori keprilakuan dalam pengambilan
keputusan. Secara umum para pengambil keputusan memiliki kesamaan dalam
mengambil keputusan yang efektif, antara lain:
1. Berani
mengambil resiko dengan pendekatan yang holistik
2. Menyelesaikan
suatu permasalahan secara optimal agar tidak timbul permasalahan serupa di masa
yang akan datang
3. Memiliki
kecenderungan mengambil sikap dan memandang pengambilan resiko sebagai tanggung
jawabnya.
4. Mempunyai
kepercayaan yang besar terhadap kemampuannya berdasarkan pengetahuan dan
pengalamannya.
5. Kecenderungan
memberikan lips service pada saran
dan pendapat para bawahannya serta orang lain yang mungkin terlibat.
Kepustakaan
tentang manajemen menunjukkan kesamaan pendapat para ahli menyatakan bahwa,
tindakkan memutuskan merupakan titik sentral dari berbagai peranan yang
diharapkan dari seorang manajer.
Dalam
melakukan pengambilan keputusan hendaknya membuat suatu kerangka konseptual, kerangka
konseptual ini merupakan dasar dari pengambilan keputusan hal ini disebabkan
karena dengan adanya kerangka konseptual yang mantap, maka akan mencegah
seseorang pengambil keputusan bertindak tergesa-gesa serta dengan adanya
kerangka konseptual yang mantap akan menambah keyakinan dalam diri pengambil keputusan yang
bersangkutan karena memutuskan didasari dengan sekar hati-hati dan dengan cara
berpikir yang logis.kerangka konseptual pula memudahkan para pengambl keputusan
untuk menentukan prioritas penanganan berbagai problematika yang timbul.
3 Comments:
That's good
Thank's
Cicitria saogo
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home